
Kalimantan Utara, Senin 24 November 2025 – Dalam rangka merehabilitasi mangrove dan ketahanan pangan masyarakat pesisir, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) didukung Bank Dunia membuat program Mangroves for Coastal Resilience (M4CR). Komitmen ini akan berlangsung hingga 2027.
Dalam kunjungan lapangan Senior Natural Resource Management Specialist Bank Dunia, Franka Braun di Kalimantan Utara (Kaltara). Franka menegaskan bahwa rehabilitasi mangrove perlu dilaksanakan secara menyeluruh.
“Program M4CR perlu dilaksanakan secara komprehensif. Rehabilitasi mangrove tidak hanya bermanfaat bagi pemulihan lingkungan, tetapi juga ketahanan pangan serta pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir,” ujar Franka dalam rilis pers, Senin (24/11/2025) dilansr Kompas.com.
Kalimantan Utara merupakan salah satu lokasi prioritas pelaksanaan M4CR. Rehabilitasi mangrove di provinsi kalimantan Utara merupakan salah satu lokasi proritas M4CR dan menggunakan teknik silvofishery. Teknik ini dimana penanaman mangrove yang terintegrasi dengan budi daya ikan.
Dengan demikian selain menjaga lingkungan, kehadiran mangrove pada tambak membuat kualitas air membaik, hama berkurang, dan hasil panen lebih stabil. Dan tentu saja menjaga lingkungan secara berkelanjutan.
Hingga saat ini, M4CR telah menanam mangrove seluas 6.543 hektar (ha) di Kaltara. Hingga 2027, program ini menargetkan rehabilitasi seluas 21.541 ha, yang dicapai melalui kolaborasi antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, non-governmental organization (NGO), dan masyarakat pesisir.
Selain rehabilitasi, M4CR turut memperkuat ekonomi pesisir melalui pengembangan usaha masyarakat melalui dari hasil tambak silvofishery seperti kerupuk amplang, pembuatan bumbu petis udang, dan pembuatan produk kriya kipas batik mangrove dikembangkan sebagai sumber nilai tambah ekonomi.
Ketua Kelompok Usaha Kerajinan Tangan, Inggilad Taka Sarinah, mengaku merasakan manfaat langsung dari pelatihan yang diberikan. Ia mengatakan, masyarakat tidak hanya menampilkan kreativitas perempuan pesisir, tetapi juga menunjukkan bahwa pengembangan ekonomi kreatif dapat berjalan seiring dengan konservasi.
“Pelestarian mangrove memberi ruang bagi kami untuk terus berkreasi. Kami ingin menunjukkan bahwa menjaga lingkungan dapat sejalan dengan penguatan usaha masyarakat,” jelas Sarinah.
Pada kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Camat Kecamatan Tana Lia, Satriawan menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap pelaksanaan program M4CR.
“Program M4CR bukan hanya tentang menanam mangrove, tetapi juga memperkuat ekonomi masyarakat kami. Melalui pembibitan hingga pelestarian mangrove, warga merasakan peningkatan hasil panen dan stabilnya ekosistem pesisir melalui silvofishery,” ujar Satriawan.
Sementara itu Provincial Project Implementation Unit (PPIU) Manager M4CR Kaltara Akhmad Ashar Sarif menegaskan pentingnya pemilihan lokasi dan bibit yang sesuai.
“Kami memastikan kesesuaian jenis tanaman, kualitas bibit, dan kondisi hidrologi di setiap lokasi dengan tetap mempertimbangkan kondisi sosial. Integrasi rehabilitasi dengan sistem silvofishery dan edukasi masyarakat terhadap pentingnya menjaga ekosistem mangrove tetap menjadi fokus utama agar manfaat ekologis, ekonomi, dan sosial berjalan beriringan,” tutup Sarif.