JAKARTA – Direktur Jenderal (Dirjen) Pengembangan Ekspor Nasional sekaligus Plh Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi mengatakan, Indonesia perlu fokus untuk meningkatkan nilai tambah komoditas guna menaikkan angka ekspor di 2024.
Didi menyampaikan, hiliriasi pada sektor tambang merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah komoditas. Pada 2024, diharapkan nilai tambah tidak hanya berlaku pada sektor tambang.
“Kebijakan pemerintah melakukan hilirisasi adalah keputusan yang sangat tepat. Ini akan meningkatkan nilai tambah itu sendiri,” ujar Didi dalam diskusi “Gambir Trade Talk #12” di Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) Oktober 2023, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan melambat dari 3,5 persen pada 2022, menjadi 3 persen di 2023 dan turun lagi ke angka 2,9 persen pada 2024.
Didi menyampaikan Indonesia masih memiliki peluang untuk terus bangkit, sebab pertumbuhan ekonomi nasional mampu mencatatkan angka 5 persen selama tujuh kuartal berturut-turut.
Namun demikian, Indonesia tidak boleh lengah dan harus terus berupaya untuk meningkatkan performa perdagangan khususnya dari sektor ekspor.
“Dari Januari sampai Oktober, kita punya performa yang cukup baik, ada turun dari sisi nilai karena harga-harga dunia juga sedang turun, khususnya harga komoditas yang masih jadi tumpuan ekspor kita, seperti CPO, batu bara dan barang tambang lainnya. Tapi kalau dari volume meningkat 7,3 persen,” kata Didi.
Sementara itu, Ketua Komite Perjanjian Perdagangan Internasional Mufti Hamka mengatakan, penting bagi Indonesia untuk menggali nilai tambah dari komoditas unggulannya, salah satunya rumput laut.
Menurut Mufti, Indonesia perlu mencontoh negara tetangga seperti Filipina yang berhasil melakukan hilirisasi pada berbagai komoditasnya.
“Hilirisasi tidak hanya di tambang, ini bisa di mana-mana, ini yang perlu dikembangkan, salah satunya rumput laut. Negara tetangga kita, Filipina sudah melakukannya, kita masih terbuai untuk pertambangan,” kata Mufti.
Menurut Mufti, Indonesia perlu melakukan reformasi pada sektor industri. Tak hanya sekadar mengundang investor untuk datang, tetapi juga untuk mengembangkan sektor unggulan lain yang mampu memberikan nilai tambah.
Selain itu, pengusaha juga harus jeli dalam melihat perkembangan yang dilakukan oleh negara-negara Asia, agar bisa bersaing dengan produk-produk dalam negeri yang tak kalah kualitasnya.