Surabaya, 2 November 2024 – Jumlah kasus penyakit Tuberkulosis (TBC) di Jawa Timur masih tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, penemuan kasus di athun 2024 tercatat sebesar 61,10 persen dari total estimasi kasus seesar 116,752. Dengan masih tingginya kasus TBC tersebur, Dinkes Jatim terus berupaya memberikan informasi, penyuluhan, dan membantu masyarakat agar berperan aktif dalam pencegahan TBC.
Selain itu, Dinkes Jatim juga meminta masyarakat untuk aktif melakukan screening mandiri, penilaian terhadap dirinya apakah dia beresiko terhadap TBC atau tidak. ntara lain mellaui memanfaatkan aplikasi E-TIBI yang sudah disiapkan Dinkes Jatim.
“Aplikasi ini memang diluncurkan untuk membantu masyarakat melakukan screening mandiri, sebagai upaya optimalisasi untuk menemukan terduga TBC. Jika tidak bisa melakukan screening mandiri, bisa kontak tenaga kesehatan (nakes) yang ada di fasilitas kesehatan supaya kita bantu untuk melihat, apakah dia terduga TBC atau bukan,’ ujar Drg. Sulvy Dwi Anggraini, M. M.Kes, selaku Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, saat Rapat Koordinasi Penguatan Forum Kemitraan Pada Pencegahan & Penanggulangan AIDS, TBC dan Malaria (ATM) di Provinsi Jawa Timur, Kamis (31/10/2024) lalu.
Dikatakan Sulvy, Ada beberapa langkah atau straegi yang kini terus dilakukan oleh Dinkes Jatim. Dari sisi pencegahan misalnya, Dinkes telah melakukan antisipasi dengan menyediakan Imunisasi BCG, melaksanakan Program IDL/ASIK, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TBC, hingga Pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) pada Kontak Serumah.
Lebih lanjut dikatakan, sementara dari sisi deteksi atau surveilans, Dinkes Jatim melaksanakan upaya investigasi kontak (contact tracing), terus melakukan penemuan kasus aktif (ACF) di populasi umum dan populasi berisiko, Penyediaan akses untuk skrining, sarana diagnosis laboratorium (TCM) dan penunjang, Surveilans aktif di Puskesmas dan Rumah Sakit, serta penyediaan SDM yang memadai dan Program biweekly meeting.
Sedangkan dari sisi perawatan, Dinkes Jatim melaksanakan program Masyarakat kejar TBC atau mengajak masyarakat aktif terlibat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC, merawat pasien TBC rutin di Faskes rawat TBC, dan Program BPaL yaitu pengobatan terbaru untuk melawan tuberkulosis resistan obat (TB-RO).
Selain itu juga dilakukan edukasi tatalaksana efek samping obat, pemantauan minum obat, dukungan biaya transport pasien TBC Resisten Obat, peningkatan kapasitas nakes dalam pencegahan, pengobatan dan perawatan kasus di layanan.