Surabaya, 7 Oktober 2024 – Peneliti Universitas Airlangga (Unair), Viol Dhea Kharisma SSi MSi kembali masuk jajaran World Top 2% Scientist versi Stanford University dan Elsevier. Dalam wawancaranya pada Kamis (3/10/2024), Viol mengatakan bahwa pencapaian tersebut berhasil diraih berkat masuk ke program studi S3 MIPA, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair.
“Puji syukur atas kehadirat Dzat Pencipta Alam Semesta. Saya sangat bangga sekali sebagai Ksatria Airlangga dapat membawa nama Universitas Airlangga di kancah Internasional. Saya kebetulan juga tercantum dalam daftar World Top 2% Scientist di tahun 2023, jadi ini sudah kedua kalinya,” ucap Viol, melalui rilis humas Unair, Senin(7/10/2024).
Baginya, masuk ke daftar World Top 2% Scientist 2024 dapat memperkuat self branding sebagai peneliti muda berkualitas. Selain itu, menjadi motivasi bagi mahasiswa, khususnya para Ksatria Airlangga agar senantiasa menulis karya dan mempublikasikan di jurnal bereputasi dengan membawa nama almamater tercinta.
Memiliki latar belakang pendidikan S1 hingga S3 Biologi, Viol memanfaatkannya dengan melakukan pengembangan pendekatan riset dan menulis karya ilmiah terkait bioinformatika. Selain itu, Viol mengungkapkan bahwa ia juga banyak bergerak untuk mengembangkan pemikiran sains kompleksitas. Melalui kajian perspektif biologi untuk menghasilkan solusi back to the nature atau solusi baru tanpa menghasilkan masalah baru lagi di masa depan.
“Kebanyakan karya ilmiah yang saya tulis bersama superteam mengarah ke kajian tersebut. Misalnya, untuk melakukan prediksi komputasi untuk eksplorasi potensi tanaman herbal, olahan fermentasi di Indonesia, dan simulasi desain kandidat vaksin potensial,” papar Viol.
Saat ini, Viol memilih mendalami Virologi sebagai bidang riset utamanya. Menurutnya, tantangan yang ia hadapi saat ini adalah pengetahuan terkait virus dan peneliti di bidang Virologi di Indonesia masih sangat minim. Selain itu, adanya eksklusivitas penggunaan laboratorium oleh kalangan tertentu membuat kajian Virologi tidak bisa berkembang dan kurang diminati.
Sebagai seorang peneliti yang telah berhasil menghasilkan banyak karya ilmiah berkualitas, Viol merasa bahwa kolaborasi penelitian memainkan peran penting dalam pencapaian tersebut. Dengan seringnya berkolaborasi, Viol dan timnya berhasil memiliki beberapa kolaborator luar negeri seperti Jepang, Thailand, Filipina, Irak, Iran, India, Rusia, dan Amerika Serikat.
“Seperti yang pernah diungkapkan Dr Arif Nur Muhammad Ansori MSi pada saya, kolaborasi ini yang sangat penting. Karena sebagai seorang peneliti, kita bukanlah superman melainkan superteam. Kolaborasi sangat penting agar kita dapat mengetahui perkembangan riset sesuai bidang kita dan membuka kesempatan menjalin kerja sama berbagai negara. Melalui riset-riset potensial dan menghasilkan publikasi artikel ilmiah di jurnal bereputasi,” ujar Viol.
Terakhir, Viol mengungkapkan bahwa salah satu faktor penting penentu kualitas dari seorang peneliti atau ilmuwan ditentukan dari karya ilmiahnya. “Oleh karena itu, kita sebagai ilmuwan atau peneliti muda harus tetap semangat dalam berkarya. Agar menemukan solusi baru terhadap permasalahan terkini melalui riset yang dapat meningkatkan kualitas hidup generasi penerus di masa mendatang,” pungkasnya.